a

Breaking

Wednesday, February 5, 2014

Seismograf

Sebuah pertanyaan sederhana yang kerap terlintas. Bagaimana menghitung kekuatan gempa bumi dengan daya rambatnya? Bagaimana alat pengukur itu bekerja?


Beberapa akan menjawab seismometer, sedangkan sisanya akan mengatakan seismograf. Kerap terjadi kebingungan antara tertukarnya pengertian dua kata di atas, yaitu seismometer dengan seismograf. Tulisan ini akan berusaha untuk menjawab itu, sekaligus menjelaskan cara kerja seismometer dan seismograf.


Seismometer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui perubahan getaran permukaan tanah. Seismometer biasanya digunakan untuk hal yang berkaitan dengan peristiwa gempa bumi. Sedangkan seismograf memiliki cara kerja yang lebih rinci. Seismograf adalah seperangkat alat yang terdiri dari bandul pemberat dengan pensil di ujungnya. Jadi saat terjadi gempa bumi atau goyangan, pensil akan ikut bergetar dan merekam sebuah pola dalam selembar kertas.


Seismograf


Seismograf adalah alat pencatat parameter gempa yang dirangkai bersama dengan seismometer. Sebuah seismograf dapat mencatat gempa komponen vertical dan komponen horizontal. Ketika peristiwa gempa bumi terjadi, getaran yang pertama direkam seismograf adalah gelombang tubuh (body wave). Gelombang tubuh terbagi lagi menjadi dua, yaitu gelombang primer dan sekunder.


Gelombang primer yang memiliki cepat rambat gelombang paling tinggi adalah gelombang yang terekam pertama, diikuti rekaman gelombang sekunder dengan cepat rambat gelombang yang lebih rendah. Gelombang permukaan (surface wave) sampai terakhir karena memiliki cepat rambat yang paling rendah. Seismograf mencatat semuai itu dalam bentuk seismogram.


Dari grafik yang terlihat di seismogram itu, pemerintah atau institusi yang diberi kewenangan dapat mengeluarkan peringatan akan adanya bahaya. Tentu sebelumnya grafik itu telah dikalibrasi sehingga peringatannya tidak keliru dan terjamin akurat.


Nah, mengapa kadang sampai getaran terkecil pun masih bisa ditangkap oleh seismograf, namun tidak oleh manusia?


Gempa bumi adalah vibrasi permukaan bumi. Permukaan hanya melibatkan kerak bumi, dimana terjadi pergesekan sebongkah kerak dengan kerak yang lain, dengan kekuatan dan pergerakan yang signifikan. Energi dari pergerakan ini diubah menjadi getaran di dalam #bumi. Selanjutnya, getaran ini dapat dirasakan sampai ratusan kilometer.


Getaran-getaran ini adalah sejenis gerakan gelombang yang bergerak dengan kecepatan yang bervariasi melalui kerak bumi. Karena kadang getaran-getaran itu menempuh jarak yang tidak dekat, bisa jadi Anda tidak dapat melihatnya, bahkan ketika sudah sampai di bawah kaki Anda. Tetapi seismograf dapat. Beginilah cara kerjanya:


Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa. Yaitu skala Omori, Mercalli, Cancani, dan Richter. Skala richter merupakan skala yang paling terkenal, serta yang paling sering digunakan untuk mengukur kekuatan gempa, umumnya disebut dengan magnitude (M).


Berdasarkan skala-skala ini, kita dapat memahami potensi kekuatan gempa bumi yang pada akhirnya berguna dalam perencanaan tata kota. Seperti desain jalan raya, konstruksi bangunan, jembatan layang, bandara, dan lain-lain.


Berdasarkan skala Richter, kekuatan gempa bumi dapat dibagi menjadi:


•) > 3,5 Terekam, namun biasanya tidak terasa.


•) 3,5-5,4 Sering terasa, namun jarang menimbulkan kerusakan.


•) < 6,0 Berpotensi menyebabkan kerusakan berat pada bangunan yang kurang kuat.


•) 6.1-6.9 Berpotensi menyebabkan kerusakan fisik dan memakan korban jiwa sampai radius 100 km.


•) 7.0-7.9 Tergolong gempa besar. Berpotensi menyebabkan kerusakan serius dengan cakupan wilayah yang luas.


•) > 8 Gempa bumi besar. Berpotensi menyebabkan kerusakan serius, dengan cakupan wilayah beberapa ratus km.


Dengan semakin berkembangnya teknologi, sekarang alat pendeteksi gempa sudah dilengkapi dengan hasil catatan yang lebih akurat dan terperinci.

No comments:

Post a Comment